Selasa, 24 Mei 2016

CATATAN MAGIC REALISME

oleh: Hani Najwa Mohd Radzi

Magic realism (sering disebut juga sebagai magical realism atau marvelous realism) dalam dunia literatur adalah cabang kecil genre fantasi. Dengan setting dan tema yang jauh berbeza dengan tema-tema kisah fantasi umumnya. Sub-genre ini digolongkan sebagai fantasi kerana novel-novel jenis ini mempunyai setting cerita yang sangat tidak logik dan kadang kala ada unsur mitos sejarah. Ada juga novel romance atau historic romance atau sekedar kisah slice of life, ternyata masih ada unsur-unsur gaib, unrealistis dan fantasi.
Dalam novel magical realism, kita akan menemukan elemen-elemen fantastik memasuki dunia realistik. Genre ini menjadi satu cara bagi pengarang untuk mengkritik konsep umum rasional secara berlebihan, yang mengakibatkan terpisahnya dunia fantasi dengan realiti.

Definisi
Ini adalah beberapa defenisi tentang magic realism dari beberapa tokohnya:
"magic realism is fantasy written by people who speak Spanish"
(Gene Wolfe)
mag·ic re·al·ism (noun):
a literary or artistic genre in which realistic narrative and naturalistic technique are combined with surreal elements of dream or fantasy.

magic realism (noun):
a style of painting and literature in which fantastic or imaginary and often unsettling images or events are depicted in a sharply detailed, realistic manner.
"....is like a polite way of saying you write fantasy."

(Terry Pratchett)

Ringkasnya, magic realism didefinisikan sebagai “what happens when a highly detailed, realistic setting is invaded by something too strange to believe.” Jadi dapat disimpulkan baghawa walaupun ada perbezaan kecil tentang konsepnya, magic realism dapat ditonjolkan dengan adanya ciri yang memerima unsur-unsur magis dalam latar dunia nyata.

Sejarah dan Asal-usul Genre
Khazanah literatur magic realism bermula di Amerika Latin di sekitar pertengahan era 1920-1930an, semasa penulis asal Cuba, Alejo Carpentier dan penulis Venezuela Arturo Uslar-Pietri kembali dari Paris dan membawa pengaruh rasa artistik daratan Eropa, Surrealism. Gaya ini kemudian bercampur dengan akar budaya latin yang masih berpegang pada hal-hal gaib dan supranatural, serta bercampur dengan keresahan politik. Muncullah sebuah gaya menulis sastra baru berkembang di lingkaran sastrawan Buenos Aires.


112th Birthday of Jorge Luis Borges - Google Doodle 24 Agustus 2011

Jorge Luis Borges  (1899 - 1986) adalah salah seorang penulis yang terinspirasi oleh gaya ini dan kemudian menerbitkan karya magic realism pertamanya, Historia universal de la infamia pada tahun 1935. Genre ini kemudian mencapai puncaknya di sekitar tahun 1940 hingga 1950, dengan pusat perkembangan di Argentina.

Ciri-Ciri Magic Realism dalam Literature
Ada beberapa ciri khusus yang membezakan magic realism dari genre fantasi. Walaupun tidak begitu ketara perbezaannya, tapi dominan muncul dalam karya literatur sub genre ini:

Fantastical elements

Magic realism mencitrakan kejadian-kejadian fantasi dalam sebuah suasana realistik. Sub-genre ini memadukan fabel, cerita rakyat dan myth (dengan semua unsur-unsur fantasinya) dalam kedekatan kondisi sosial kontemporari. Karya Neil Gaiman American Gods dalam novel ini berbagai dewa-dewi dari berbagai budaya muncul dalam plot cerita dan menterbalikkan realiti duniawi sesuka hati dengan kekuatan mereka. Watak Shadow sebagai watak yang tinggal di dunia nyata menerima semua kehadiran mereka tanpa mempersoalkan raionalnya keberadaan mereka terhadap kisah dirinya.

Real-world setting

Walaupun ada elemen fantasi, kisah-kisah magic realism selalu terjadi pada dunia nyata  samaada dunia moden atau klasik. Dalam One Hundred Years of Solitude (diterjemahkan oleh Penerbit Bentang sebagai Seratus Tahun Kesunyian) Gabriel García Márquez memuatkan kisah kehidupan keluarga Arcadio Buendia dalam sebuah supernatural realm dengan dunia natural yang sangat familiar. Atau dalam Kafka on the Shores, Haruki Murakami mengisahkan sebuah cerita berlatar Jepun moden, dengan sentuhan magis iaitu hujan ikan dan kucing yang mengobrol santai dengan manusia.

Authorial reticence


Authorial reticence bermaksud "dengan sengaja tidak memberikan penjelasan lebih terperinci tentang keajaiban yang terjadi." Baik narator maupun tokoh dalam cerita tidak menganggap bahwa kejadian fantastik telah terjadi dan alur kisah tetap berlanjut dengan "presisi logika" seperti sebelum ataupun selepas kejadian tersebut. Dalam novel Kafka, Metamorphosis, suatu pagi, watak utama bermetamorfosis menjadi sejenis serangga, namun sampai akhir tak ada penjelasan ilmiah mengapa ia berubah seperti itu dan semua tokoh lain dalam cerita itu menerima saja kalau ia memang sekarang sudah menjadi serangga.

Plenitude (berlimpah-ruah)

Novel-novel magic realism selalu memiliki lapisan-lapisan terperinci yang meleret-leret. Lapisan-lapisan realiti tentang setiap watak dan kejadian yang digambarkan dalam cerita inilah yang membuatnya menjadi "marvelous real". Buakn sahaja watak utama, seekor burung beo dalam novel Love in the Time of Cholera (Gabriel García Márquez) juga memiliki deskripsi dan latar belakang lengkap tentang mengapa ia boleh berada di rumah besar itu, dari mana asalnya, apa kata-kata yang sudah dipelajarinya, dan sebagainya. Tebal  halaman digunakan untuk menceritakan secara terperinci tentang kisah si beo  sebelum mengisahkan hari kematian tuannya, Dr. Urbino.

Political critique

Dalam novel bergenre magic realism terdapat kritikan sosial terutama tentang golongan elite seperti golongan politik. Di Amerika Latin, sebenarnya dimaksud untuk menampilkan tokoh-tokoh yang diterjemahkan secara sosial dan ekonomik. Disebut 'dunia  alternatif' dalam magic realism adalah untuk membongkar sudut pandang berbeza (seperti realisme, naturalisme dan modernisme). Sebut saja The House of Spirits karangan Isabel Allende yang bersetting di Chille dan kudeta militer yang menjadi klimaks buku ini (meskipun tak pernah disebut secara tersurat) menyuarakan kenyataan pahit apabila General Pinochet menyingkirkan President Salvador Allende.

Hybridity


Alur plot novel-novel magical realism biasanya menggunakan "hybrid multiple planes of reality". Ada banyak sub cerita yang bergerak dalam rangka satu cerita. Jadi, novel seperti ini tidak bergerak mengikut kronologi. Dalam Seratus Tahun Kesunyian, penceritaannya melompat-lompat dari watak lain ke watak lain. Masing-masing dengan ceritanya sendiri. Atau dalam The Time Traveler's Wife karya Audrey Niffenegger, walaupun watak utamanya hanya Clare dan Henry, tapi kisah yang diceritakan mempunyai pelbagai latar masa yang berbeza-beza.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan